BSYpTfG6GpWoBUW6GpCiGpW5BY==
Terkini
klik

Telan Anggaran 1,9 M, Tugu Batas Kokab Sukabumi di Jalur Lingkar Selatan Tuai Kontroversi Soal Penerangan

Lampu Terang Batas Kota dan Kabupaten Sukabumi Dikeluhkan Terlalu Silau dan Berwarna Ungu
Telan Anggaran 1,9 M, Tugu Batas Kokab Sukabumi di Jalur Lingkar Selatan Tuai Kontroversi Soal Penerangan
Warudoyong, Kota Sukabumi – Tugu batas antara Kota dan Kabupaten Sukabumi, yang baru saja diresmikan pada Rabu (3/12/2025), langsung menjadi sorotan publik. 

Tugu yang dibangun dalam 100 hari kerja dengan anggaran Rp1,9 miliar dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) ini bukan hanya sebuah penanda, melainkan implementasi filosofi "Pakujajar", pohon asli dan ciri khas Kota Sukabumi.

Wali Kota Sukabumi, Ayep Zaki, menjelaskan bahwa tugu dengan tinggi 8,5 meter dan bentangan 24 meter ini melambangkan visi masa depan kota.

“Gapura artinya pintu gerbang yang masuk ke Kota Sukabumi. Apa yang ada di Kota Sukabumi setelah pintu gerbang diresmikan, maka tujuan berbangsa dan bernegara, khusus untuk Kota Sukabumi, pintu gerbang untuk memasuki Sukabumi sejahtera, adil dan makmur. Itu perintah konstitusi,” tegas Ayep Zaki, Rabu (3/12/2025). 

Wali Kota juga menegaskan komitmennya dalam melaksanakan cita-cita bangsa melalui pembangunan di Kota Sukabumi.

“Maka dalam pelaksanaannya, Wali Kota bersama wakil dan seluruh jajaran eksekutif, legislatif, Forkopimda, semuanya kita akan kompak dan solid mewujudkan cita-cita bangsa ini. Kita akan selesaikan pengangguran, kemiskinan ekstrem, rumah-rumah tidak layak huni, lingkungan kumuh, stunting, strata pendidikan. Saya akan kejar di angka 13 tahun rata-rata pendidikan Kota Sukabumi,” tambahnya.


Kontroversi Lampu Penerangan


Di tengah peresmian yang meriah, muncul keluhan dari masyarakat terkait lampu penerangan pada tugu tersebut. Sebuah video yang beredar di Facebook menampilkan kondisi pencahayaan tugu yang dinilai tidak nyaman di mata.

“Pak, ini teh bikin pusing ke mata, Pak. Penglihatannya jadi ungu, enggak enak di mata. Lebih bagus kalau dikasih lampu di tengah-tengahnya warna putih, sepertinya tidak akan pusing ke mata begitu,” keluh seorang warga dalam unggahan tersebut.

Menanggapi hal ini, Kepala DPUTR Kota Sukabumi, Sony Hermanto, membantah keras anggapan bahwa lampu yang dipasang berwarna ungu. Menurutnya, lampu tersebut adalah lampu berwarna biru.

“Lampunya itu biru, bukan ungu. Sebetulnya kalau kita di rumah ada lampu di atas, kalau kita lihat terus pasti silau. Kita jangan ngelihat lampu atuh, biasa saja jalan. Ketika kita uji coba, ketika mengendara itu kita fokus saja di jalan, biasa saja enggak ada silaunya, secara logika gitu saja,” ujar Sony.

Sony menjelaskan bahwa silau yang dirasakan sangat bergantung pada sudut pandang. Ia mencontohkan bahwa masalah serupa akan muncul jika seseorang sengaja menatap sumber cahaya, seperti flash ponsel atau lampu LED/neon di rumah.

Wali Kota Ayep Zaki juga menanggapi keluhan tersebut dengan bijak. Ia menyatakan bahwa perubahan tidak bisa dilakukan secara tergesa-gesa.

“Kita kan jalani dulu saja, karena kan ada yang setuju dan kurang setuju. Kita jalanin saja seperti apa karena kita nggak mungkin tiba-tiba gara-gara satu dua orang kurang setuju tiba-tiba kita langsung diganti, kan perlu biaya, perlu perencanaan. Karena desainnya ini ya sudah kita jalani dulu dan desain ini bukan desain 2025, itu desain sekitar 7 atau 8 tahun yang lalu desain ini, kita hanya menjalankan saja,” jelas Wali Kota.

Meski demikian, Sony mengakui bahwa penerangan umum (PJU) di kawasan perbatasan tersebut masih belum optimal dan kewenangan pemasangan PJU tambahan berada di pemerintah provinsi.

Dalam kesempatan tersebut, Sony Hermanto juga menyampaikan capaian DPUTR, termasuk kenaikan tingkat kemantapan jalan dari 76,77% menjadi 80% di tahun 2025.(FRA)

Telan Anggaran 1,9 M, Tugu Batas Kokab Sukabumi di Jalur Lingkar Selatan Tuai Kontroversi Soal Penerangan
Periksa Juga
Next Post
Tautan berhasil disalin