Jalan utama ini berubah fungsi layaknya sungai, dengan genangan air yang meluap hingga ke permukiman dan memiliki arus yang cukup deras di depan rumah warga.
Menurut Ratu Amalia, salah seorang warga setempat, masalah banjir di kawasan ini bukanlah hal baru. Sejak ia tinggal di sana pada tahun 2011, genangan air sudah terjadi, meskipun saat itu hanya setinggi mata kaki.
Namun kini, kondisi semakin parah hingga arusnya bisa menghanyutkan kendaraan.
"Banjir di depan rumah ini sudah lama. Dulu hanya genangan kecil, tetapi belakangan ini luapan air ke jalan menjadi jauh lebih besar," ujar Ratu.
Ratu mengidentifikasi penyebab utama masalah ini adalah saluran air yang tidak memadai.
Ia menyoroti bahwa ukuran selokan terlalu kecil untuk menampung volume air dari jalan utama, diperparah dengan banyaknya sampah yang menyumbat. Selain itu, ada beberapa titik selokan yang tertutup timbunan tanah.
Meskipun warga telah melaporkan kondisi ini kepada aparat setempat, Ratu menilai kesadaran masyarakat akan kebersihan masih rendah.
Ia sering mendapati sampah dalam jumlah besar, bahkan seukuran karung, yang diduga hanyut dari wilayah atas. "Sumbatan dari sampah dan tanah inilah yang menyebabkan banjir besar setiap kali hujan deras," tegasnya.
Dampak dari kondisi ini tidak hanya mengganggu aktivitas, tetapi juga membahayakan.
Ratu menceritakan bahwa beberapa bulan lalu, seorang pengemudi ojek online sempat terjatuh saat mencoba melintas karena tidak kuat menahan derasnya arus. "Kasihan ibu-ibunya, HP-nya ikut kebawa arus," kenang Ratu.
Padahal, warga rutin membayar iuran bulanan untuk pengangkutan sampah. Sayangnya, masih ada oknum yang membuang sampah sembarangan ke badan jalan.
Warga berharap Pemerintah segera mengambil tindakan serius untuk menormalisasi drainase di Jalan Selabintana. Ratu berharap saluran air dapat dibersihkan secara menyeluruh dari sampah dan tanah, serta dilebarkan jika memungkinkan.
Reporter: FRA
