SImpenan, Sukabumi – Di balik seragam cokelat dan lencana kepolisiannya, AKP Bayu Sunarti tetaplah seorang ibu. Perasaan itulah yang berkecamuk di dadanya saat menyaksikan Desa Cidadap, Kecamatan Simpenan, diterjang banjir luapan Sungai Cidadap yang memicu abrasi hebat.
Baru dua minggu menjabat sebagai Kapolsek Simpenan, AKP Bayu langsung dihadapkan pada ujian alam yang berat. Longsor, jalan ambles, hingga banjir besar mengepung wilayah hukumnya. Lebih dari 400 jiwa kini terpaksa mengungsi, meninggalkan rumah mereka yang terancam hilang ditelan abrasi.
Momen paling mendebarkan terjadi saat proses evakuasi warga yang terisolir selama berhari-hari. Di tengah deru air sungai yang kencang, tersiar kabar bahwa seorang balita terjebak dan harus segera dievakuasi demi keselamatan nyawanya.
"Perasaan saya sebagai Kapolsek, apalagi saya perempuan dan seorang ibu yang punya anak, melihat warga terisolasi berhari-hari tidak bisa ke mana-mana... rasanya sedih luar biasa. Ada keinginan kuat untuk secepat mungkin mengevakuasi mereka," ungkap nya dengan nada bergetar.
Saat harus menyeberangi arus sungai yang ganas, ia tak menampik adanya rasa getir. Namun, seragam yang ia kenakan bukan sekadar simbol otoritas, melainkan tanggung jawab kemanusiaan.
"Ada perasaan takut dan khawatir karena arus air cukup kencang. Tetapi rasa kemanusiaan mengalahkan rasa takut tersebut. Alhamdulillah, proses evakuasi berjalan lancar dan sukses," tuturnya.
Trauma Healing dan Kepedulian Kecil
Bagi AKP Bayu, tugas kepolisian tidak berhenti saat warga sampai di pengungsian. Memahami kondisi psikis anak-anak yang terdampak bencana, ia menginisiasi kegiatan trauma healing.
Bersama jajaran Polwan Polres Sukabumi, ia turun langsung menghibur anak-anak di posko pengungsian. Tak hanya itu, ia juga menyisihkan rezeki pribadi untuk berbagi paket makanan kecil bagi anak-anak dan bantuan bahan pokok untuk keluarga yang terdampak.
"Apabila kami mendapatkan rezeki, pasti kami berikan bantuan. Kemarin ada sedikit rezeki, kami mengajak rekan-rekan Polwan untuk melaksanakan trauma healing. Kami ingin anak-anak tetap bisa tersenyum meski dalam kondisi sulit," pungkasnya.
Kini, meski ancaman abrasi Sungai Cidadap belum sepenuhnya usai, warga Simpenan tahu bahwa mereka tidak sendirian. Di sana ada sosok "Ibu" bagi masyarakat yang siap menerjang arus demi keselamatan warga.
Data terakhir dari Desa Cidadap, 5 Kampung terdampak banjir dan abrasi sungai Cidadap yaitu Kampung Sawah Tengah, Kampung Cikadaka, Kampung Cipanas, Kampung Babakan Cisarua dan Kampung Cisarua sedikitnya 45 rumah rusak berat, 22 rumah rusak sedang dan 74 rusak ringan atau terancam serta 473 jiwa mengungsi.(FKR)
