Palabuhanratu, Sukabumi – Di tengah sorotan dan polemik publik terkait pembangunan glamping (glamorous camping) di kawasan Pantai Citepus, Palabuhanratu, manajemen New Saridona Hotel dan Karaoke akhirnya angkat bicara.
Mereka memberikan klarifikasi untuk meluruskan isu yang beredar, menegaskan bahwa proyek tersebut bukan upaya mengambil ruang publik, melainkan bagian dari penataan kawasan wisata.
Juru Bicara New Saridona Hotel, Revina Nur Ismail, menyampaikan permohonan maaf atas kegaduhan yang timbul di masyarakat. Ia menjamin bahwa pembangunan dek kayu dan struktur lain di lokasi tidak bertujuan untuk menutup akses warga.
“Kami meminta maaf atas kegaduhan yang terjadi. Niat kami hanya mempercantik kawasan agar lebih tertata, bukan menutup akses publik,” kata Revina, Kamis (10/12/2025).
Akses Publik dan Isu Pagar Pembatas Ditepis
Revina secara spesifik menepis anggapan bahwa proyek tersebut memblokir jalur jogging track. Menurutnya, jalur tersebut justru dirapikan agar dapat digunakan dengan lebih nyaman.
“Soal jogging track itu tidak ditutup, malah kami perbaiki dan percantik,” ujarnya.
Mengenai isu rencana pemasangan pagar pembatas, yang menjadi salah satu kekhawatiran warga, Revina menekankan pentingnya harmonisasi sosial. Meskipun pagar adalah Standar Operasional Prosedur (SOP) perhotelan untuk privasi tamu, pihaknya memastikan tidak akan melakukan pemagaran jika berpotensi menimbulkan gesekan dengan masyarakat.
“Isu pemagaran itu tidak benar. Meski di dunia perhotelan privasi tamu adalah SOP, kami tetap mengedepankan harmonisasi dengan lingkungan,” jelasnya.
Jaminan Legalitas dan Hubungan Baik Investor
Manajemen hotel juga memastikan bahwa proyek yang berjalan memiliki status resmi. Revina mengklaim bahwa usaha mereka telah mengantongi berbagai perizinan dari pemerintah daerah, termasuk Sertifikat Akreditasi Usaha Pariwisata dari Kementerian Pariwisata.
“Sebagai entitas usaha yang legal, kami tentu mematuhi seluruh regulasi yang berlaku,” tegasnya.
Selain itu, Revina menanggapi sorotan publik terhadap investor asal Korea Selatan yang sempat disebut arogan. Ia membantah keras isu tersebut, menegaskan bahwa sang investor sangat kooperatif dan menjalin hubungan baik dengan warga sekitar, termasuk komunitas KPJ yang lokasinya berdekatan dengan area hotel.
“Beliau memahami aturan dan berkomunikasi baik dengan warga, termasuk KPJ. Sering main gitar bersama. Beliau punya latar belakang perusahaan alat musik di Korea,” ungkapnya, memberikan contoh kedekatan investor tersebut.
Revina berharap kesalahpahaman yang terjadi dapat segera diluruskan. Pihak hotel berjanji akan terus membuka komunikasi dengan warga dan pemerintah desa untuk mencari solusi terbaik demi kemajuan pariwisata Palabuhanratu.
“Komunikasi akan terus kami buka untuk menjaga kondusivitas sekaligus mendorong kemajuan pariwisata Palabuhanratu,” pungkasnya.(FKR)
